BudayaKutai Kartanegara

Penonton Obelix Sea View Yogyakarta Terpukau Saksikan Kesenian Kukar

Nisita.info – Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara berkesempatan  tampil memperkenalkan kesenian dan kebudayaan Kutai Kartanegara di tingkat nasional. Tim kesenian berkesempatan tampil di salah satu wisata terkenal di Yogyakarta yaitu Obelix Sea View Yogyakarta, pada Minggu, (11/5/2024).

Kisah yang dimainkan, konon di suatu tempat di pedalaman hiduplah sepasang suami istri keturunan bangsawan dari suku Dayak Kenyah yang bernama Jalung sang suami dan  Awing istri yang cantik.

Mata pencaharian mereka sehari-hari adalah berladang. Ladang itu adalah warisan dari orang tuanya untuk dipelihara oleh keturunannya. Selain itu Jalung pandai memainkan alat musik Sape’, alat musik berupa gitar khas Dayak Kalimantan. Pun,  Awing sang istri yang pandai menari. Maka pantaslah mereka berjodoh. Hari-hari senggang mereka diisi dengan hiburan keluarga. Jalung memainkan Sape’ dengan dentingan senar yang lembut dan Awing menarikan gerakan yang memukau.

Suatu hari sehabis membantu Jalung bekerja di ladang, Awing menyempatkan diri dengan beberapa orang kerabatnya untuk latihan menari bersama. Diselingi senda gurau, tanpa di sangka-sangka datanglah seorang pemuda dari kampung seberang yang memang sudah lama menyukai Awing. Karena tidak ada Jalung di sana, maka semakin berani pemuda itu mengoda Awing, Dalam keadaan terdesak dan ketakutan Awing berlari mengadu ke Jalung.

Dengan penuh amarah Jalung mengajak pemuda itu untuk bertarung, maka terjadilah perkelahian yang mengakibatkan pemuda itu kalah dalam pertarungan. Pemuda tersebut terluka di tangan Jalung yang masih menggenggam erat Mandau, senjata parang khas warga Dayak. Dalam keadaan terluka pemuda itu sempat memperingatkan Jalung dan memberi ancaman.

Setelah kejadian itu Awing sering sakit-sakitan dan akhirnya ambruk di tengah ladang. Ternyata, Awing dikirim santet (penyakit kirimin ilmu hitam) dari orang yang  sakit hati dengannya.

Tidak saja menyerang sang istri, namun santet juga dikirimkan ke ladang miliknya. Hama merajalela. ,Jalung akhirnya memanggil bantuan kepada suku Dayak Benuaq yang tinggal di seberang sungai untuk membantu menghalau santet tersebut.

Akhirnya diadakanlah upacara pengobatan Belian. Belian digelar beberapa hari. Mereka bersatu padu untuk membantu mengobati Awing dan ternyata berhasil.

Awing pun bisa sembuh dan hama di ladang hilang.

Sebaliknya, ladang milik Jalung bertambah subur dan menghijau kembali. Lalu sebagai wujud rasa syukur dan permohonan kepada roh-roh leluhur untuk keselamatan dan kemakmuran.

Rasa syukur karena hasil panen yang melimpah maka dilaksanakanlah ritual tarian Hudoq dari suku Dayak Modang.

Tarian Hudoq ditarikan dengan menggunakan topeng sesuai karakter yang diinginkan.

Misalnya, denganmenggunakan topeng karekter babi, burung, serta hama-hama lainnya. Ini dipercaya memiliki kekuatan magis yang dapat mengusir roh-roh jahat dan membawa keberkahan bagi masyarakat yang melakukan upacara tarian Hudoq ini.(adv/diskominfo-kukar).

 

 

 

 

 

 

Related Posts

1 of 22