Nisita.info — Kelompok Desa Wisata (Pokdarwis) Bekayuh, Beumbai, Bebudaya atau 3B Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, kini mengelola destinasi wisata baru mereka sebagai pengembangan paket wisata yang telah ada. Namanya Tanjung Tamannoh.
Destinasi wisata yang terletak di ujung sebelah barat Desa Wisata Pela ini berhadapan langsung dengan danau Semayang. Danau ini salah satu danau terluas di Kabupaten Kutai Kartanegara. Danau ini seluas 13 ribu hektar.
Ketua Kelompok Sadar Wisata Bekayuh Beumbai dan Bebudaya (Pokdarwis B3) Desa Pela, Alimin menjelaskan, pembangunan kawasan ini dimulai usai Desa Pela meraih peringkat kelima dalam lomba desa wisata yang digelar Kementerian Desa.
“Saat kita dapat juara 5 dari Kemendes, kita dapat bantuan dana dari Bupati. Dari dana itu digunakan untuk jembatan, gazebo, dan gerbang,” ujar Alimin yang dihubungi via telepon pada Rabu (18/6/2024).
Dana bantuan keuangan tersebut digunakan untuk membangun delapan unit gazebo dan satu homestay. Kemudian, tambahan lima gazebo lainnya datang dari program dukungan Bank Indonesia Kaltim, sehingga total ada 13 gazebo yang kini berdiri menghadap langsung ke danau.
Karena letaknya berhadapan langsung dengan danau Semayang, tempat ini adalah tempat favorit bagi para pengejar dan pencinta panorama alam tenggelamnya matahari di atas danau (sunset).
Sama seperti Desa Wisata Pela, di Tanjung Tamannoh juga merupakan tempat bermainnya mamalia langka sungai Mahakam yaitu lumba-lumba air tawar yang kerap disebut pesut mahakam oleh warga.
Di lokasi Tanjung Tamnnoh ini wisatawan juga dapat melakukan aktivitas seperti berkemah (camping) dan memancing. Apalagi pengelola juga menyediakan perahu kecil.
Cerita yang beredar, Tanjung Tamannoh ini konon dahulu suku pedalaman Kutai Kartanegara (Dayak Tunjung) pernah tinggal dan mempunyai keturunan. Lalu anaknya bernama Noh Dan Noh. Keluarga kecil Noh Dan Noh inilah yang pertama kali menetap di Tanjung Tamannoh.
“Akhirnya para warga sekitar Desa Pela menyebut tempat itu dengan sebutan taman yang artinya Bapak Dan Noh. Nama orang tersebut yang lama menetap di tanjung tersebut. Akhirnya digabung dari sebutan tersebut menjadi Tamannoh. Sampai kini warga sekitar menyebutnya dengan sebutan Tanjung Tamannoh,” jelas Alimin.(adv/diskominfo-kukar/yul)















