Nisita.info– Pembangunan sektor pariwisata Kabupaten Berau kini diarahkan pada paradigma yang lebih pragmatis dan berorientasi hasil. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Berau, Ilyas Natsir, secara tegas menyatakan bahwa fokus utama pengembangan adalah pada kemampuan menghasilkan nilai ekonomi nyata dari setiap kreativitas yang muncul di masyarakat.
Pernyataan ini disampaikannya dalam Rapat Koordinasi (Rakor) yang membahas strategi pengembangan kota kreatif. Menurut Ilyas Natsir, adalah keliru jika kreativitas dipisahkan dari aspek ekonomi.
“Ekonomi kreatif bukan sekadar ide atau kreativitas, tetapi kemampuan menghasilkan nilai ekonomi nyata. Jika kreativitas itu tidak menghasilkan nilai ekonomi, maka belum dapat disebut ekonomi kreatif,” tegas Ilyas Natsir sebagaimana dilansir rri.co.id, Kamis (30/10/2025).
Ia menjelaskan bahwa setiap elemen wisata di Berau harus diisi dengan aktivitas yang menggerakkan roda perekonomian lokal. Ilyas memberikan contoh perbedaan antara unsur wisata.
Daya tarik wisata, seperti Keraton Sambaliung atau museum, adalah aset statis. Sementara, destinasi wisata merujuk pada kawasannya, seperti Tanjung Redeb, yang daya tariknya justru dapat diperkuat melalui kuliner—sebuah bentuk nyata ekonomi kreatif.
Dalam Rakor tersebut, disampaikan pula pandangan dari Galih Sedayu yang menekankan pentingnya Berau memiliki arah fokus yang jelas, mencontoh Korea Selatan yang sukses dengan industri filmnya.
Galih juga mengingatkan bahwa dalam membangun kota kreatif yang ideal—yang berkelanjutan dan memperhatikan aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan—arah lebih penting daripada kecepatan.
Oleh karena itu, kebijakan pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif Berau ke depan didorong untuk menentukan kompas jangka panjang, serta memprioritaskan tata kelola yang melibatkan semua pihak, termasuk masyarakat, di atas sekadar tampilan fisik (tata rupa).(Sumber Foto: Diskominfo Berau/IKP-Ahyar)
