Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan spesies baru anggrek akar tak berdaun yang merupakan spesies anggrek endemik Sumatera dari genus Chiloschista (Orchidaceae).
Spesies baru dari Aceh itu diberi nama Chiloschista tjiasmantoi Metusala, mengambil nama filantropis lingkungan Wewin Tjiasmanto.
“Nama Chiloschista tjiasmantoi disematkan sebagai penghargaan atas dukungannya terhadap upaya pelestarian flora di Indonesia, khususnya Aceh,” ujar penemunya, peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Bioevolusi BRIN, Destario Metusala melalui keterangannya di Jakarta, Kamis (27 Maret 2025).
Destario memaparkan beberapa individu anggrek Chiloschista ditemukan tumbuh epifit pada pepohonan di perkebunan semi terbuka yang berdekatan dengan hutan.
Warnanya menyerupai warna kulit batang pepohonan, serta kemunculan organ bunganya yang kecil namun berwarna kuning cerah menjadi sangat penting untuk mendeteksi keberadaannya.
Spesies ini umumnya ditemukan pada ketinggian 700–1.000 meter di atas permukaan laut. Tumbuhnya menempel di batang pepohonan yang tua pada habitat semi terbuka, berangin, dan lembap.
Secara morfologi, bunga spesies baru ini mirip dengan anggrek Chiloschista javanica yang endemik di Jawa.
Namun, ada beberapa perbedaan mencolok, seperti bentuk petal yang oblong-obovate dan bibir bunga yang khas.
Sosok anggrek ini juga didominasi oleh tumpukan akar fotosintetik yang warnanya menyerupai warna kulit batang pepohonan, sehingga membuatnya sulit terlihat.
Detail mengenai hal ini dapat kamu baca di rubrik berita harian www.greeners.co