Tulisan ini dibuat oleh: Tim Peneliti Politeknik Negeri Samarinda & Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Nisita.info — Dalam beberapa tahun terakhir, daun Talas Beneng (Xanthosoma undipes) mulai mencuri perhatian sebagai alternatif bahan pengganti tembakau yang lebih sehat karena tidak mengandung nikotin.
Potensi ekonomi daun Talas Beneng cukup besar, terutama di tengah tren gaya hidup sehat dan meningkatnya permintaan terhadap produk herbal. Namun, salah satu tantangan utama dalam proses pascapanen daun Talas Beneng adalah proses pengeringan yang memerlukan waktu lama dan tergantung pada kondisi cuaca.
Menjawab tantangan ini, tim peneliti yang diketuai Surahman, Ph. D dari Politeknik Negeri Samarinda (Polnes) dan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dengan dukungan pendanaan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) melalui Kementerian Pendidikan, Tinggi, Sain, dan Teknologi (Kemendikti Saintek), berhasil mengembangkan sebuah inovasi teknologi berupa Smart Greenhouse— yaitu rumah kaca cerdas untuk pengeringan daun Talas Beneng yang efisien dan ramah lingkungan.
Teknologi ini dirancang khusus dan akan diimplementasikan di Kelompok Tani Trimas Tani Makmur, Samboja, yang menjadi mitra dalam kegiatan riset dan pengembangan.
“Smart Greenhouse ini memadukan energi terbarukan dengan sistem pengendalian lingkungan yang canggih. Ditenagai oleh panel surya (solar panel), dan alat ini dilengkapi dengan sistem kontrol kelembaban udara otomatis serta sistem deteksi kadar kekeringan daun berbasis bau/asap dari hasil pengeringan,” jelas Surahman.

Surahman dan Tim menyebutkan bahwa sistem pengendalian kelembaban akan menjaga suhu dan kelembaban di dalam greenhouse agar tetap optimal untuk pengeringan, sehingga hasil pengeringan lebih seragam dan cepat.
Sementara itu, sistem deteksi berbasis bau/asap memungkinkan alat untuk mengetahui kapan daun telah mencapai tingkat kekeringan yang diinginkan, tanpa harus melakukan pemeriksaan manual yang memakan waktu.
Kehadiran teknologi ini diharapkan membawa angin segar bagi petani, terutama dalam meningkatkan efisiensi waktu dan kualitas produk daun kering yang siap jual. Selain itu, pemanfaatan energi surya membuat proses ini lebih hemat biaya operasional dan ramah lingkungan, sesuai dengan prinsip pertanian berkelanjutan.
Inovasi ini bukan hanya bentuk konkret dari kolaborasi antara perguruan tinggi dan masyarakat, tetapi juga bukti bahwa teknologi tepat guna mampu menjawab persoalan riil di lapangan. Dengan keberhasilan implementasi ini, tidak menutup kemungkinan bahwa smart greenhouse ini dapat diadaptasi untuk pengeringan komoditas lainnya dan direplikasi ke daerah-daerah lain di Indonesia.
“Melalui riset dan teknologi, kita bisa membuka jalan bagi pertanian modern yang efisien, berkelanjutan, dan berdaya saing tinggi—dengan tetap berpihak pada petani sebagai ujung tombaknya,” ujar Surahman.(adv)