Nisita.info – Halaman SMPN 7 Bontang semarak dalam balutan warna-warni kain songket, tenun, dan batik dari Sabang hingga Merauke. Senyum bangga terpancar dari wajah para siswa yang mengenakan pakaian adat Nusantara sebagai puncak peringatan Bulan Bahasa yang dirangkai dengan kegiatan Sajian Budaya Nusantara, Kamis (30/10/2025).
Suasana yang sarat dengan kekayaan kearifan lokal ini seharusnya menjadi benteng kuat identitas bangsa. Namun, di tengah kemeriahan perayaan budaya tersebut, Wali Kota Bontang, yang hadir secara langsung, justru menyoroti adanya krisis identitas yang mengancam para pelajar, sebuah nasehat yang menarik perhatian.
Wali Kota, dalam sambutannya, secara tegas meminta para guru di SMPN 7 Bontang untuk memberikan perhatian khusus pada fenomena yang ia sebut sebagai krisis identitas di kalangan pelajar.
“Saya ini sangat prihatin. Tolong didata, jangan dibiarkan. Kenapa? Karena ini kayak virus, bisa menular, ikut-ikutan. Jangan dinormalisasi,” tegas Wali Kota, merujuk pada siswa laki-laki yang memiliki sifat kewanitaan atau ‘gemulai’.
Kegiatan yang mengusung tema “Berbahasa Santun, Berkarakter Luhur, Menjaga Kearifan Lokal” ini menjadi momentum bagi Wali Kota untuk mengingatkan bahwa tugas guru melampaui sekadar mengajar.
Guru adalah pahlawan yang bertanggung jawab mengawasi tumbuh kembang dan karakter murid, serta mengembalikan jati diri siswa yang dinilai menyimpang.
Kekhawatiran Wali Kota ini tidak terlepas dari tingginya akses informasi dan kemajuan teknologi di Bontang, yang disebutnya memiliki indeks literasi dan pengguna internet tertinggi di Kalimantan Timur. Menurut beliau, derasnya arus globalisasi dan informasi tanpa batas harus diimbangi dengan benteng akhlak mulia.
“Kalau kita sudah berakhlak mulia, Insyaallah tidak akan terganggu oleh apa zaman yang saat ini. Tanpa benteng akhlak, kita bisa terpengaruh oleh hal-hal yang akan menghancurkan masa depan kita,” jelasnya.
Meskipun menyoroti isu karakter, Wali Kota juga menegaskan komitmen Pemkot Bontang terhadap kualitas pendidikan formal. Pada kesempatan itu, ia memaparkan program bantuan 1.600 tablet bagi siswa kelas 3 SMP dan 28.000 paket seragam lengkap (termasuk baju, sepatu, dan tas) untuk seluruh siswa SD dan SMP se-Kota Bontang.
Sebagai penutup, Wali Kota yang akrab disapa Bunda Neni ini meninjau stan-stan pameran di setiap kelas.
Stan-stan tersebut menampilkan kekayaan seni dan budaya dari berbagai provinsi, sebuah pemandangan yang kontras dan ironis dengan pesan yang disampaikannya, bahwa nilai luhur yang mereka kenakan hari itu harus benar-benar berakar dalam jati diri, dan bukan sekadar kostum.
Puncak peringatan Bulan Bahasa ini menjadi pengingat bagi seluruh elemen pendidikan Bontang, bahasa dan budaya adalah pondasi, tetapi karakter adalah benteng utama bagi generasi penerus bangsa.(*/hayt_prokompim)















