Nisita.Info — Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur (Dispar Kaltim) menggelar Forum Kepariwisataan yang membahas Pelestarian Busana Adat Kutai sebagai Warisan Budaya Nusantara. Kegiatan tersebut berlangsung pada tanggal 22 Juni 2024 bertempat di Hotel Bumi Senyiur Samarinda.
Forum Kepariwisataan ini dibuka oleh Sekretaris Dinas Pariwisata Provinsi Kaltim, Yekti Utami. Dalam sambutannya, Yekti Utami mengatakan selain baju adat ada beberapa model baju lainnya yang khusus dan perlu disosialisasikan ke masyarakat seperti baju pengantin.
“Baju adat Kutai yang mampu dilestarikan hingga saat ini adalah jenis baju miskat dan baju takwo. Dalam perkembangannya, baju miskat banyak dipergunakan masyarakat dalam kegiatan harian padahal baju tersebut sejarahnya dipergunakan pada upacara adat khusus,” jelas Yekti.
Ditambahkanya, dengan baju taqwo banyak dipergunakan pada acara-acara seremonial di luar upacara adat khusus, oleh sebab itu untuk mengingatkan dan memberikan pemahaman kembali kepada masyarakat.
Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang fungsi penggunaan baju miskat dan baju takwo menjadi tanggung jawab moral sebagai bagian masyarakat Kaltim dengan mengetahui makna dan filosofi baju adat tersebut.
Dalam diskusi ini menghadirkan narasumber dari berbagai bidang, yaitu Akademisi: Aji Qamara Hakim, Budayawan dan pemerhati pariwisata Syafruddin Pernyata, Praktisi Budaya Adat Kesultanan Kutai dari Yayasan Sangkoh Piatu Kutai, Hj. Aji Siti Sahrah Bagendondari dan Hj. Aji Ani Tiorda Porger.
Selain itu hadir pula Kabid Pemasaran Dispar Kaltim Restiawan Baihaqi, S.T, Ketua DPD IPPRISIA Kaltim, Marliana Wahyuningrum, Wakil Ketua Komite Ekraf Kaltim, Dr. Erwiantono, S.Pi, M.Si dan Fashion Designer, Fanti Wahyu Nurvita.
Dengan adanya kegiatan seperti ini, diharapkan warisan budaya Kutai dapat mengenalkan kembali khususnya kepada para generasi muda bahwa Kaltim dari dulu memiliki keanekaragaman budaya yang patut menjadi kebanggaan di tengah kehidupan masyarakat modern saat ini.
Sementara itu, menurut Fanti Wahyu Nurvita, Ketua Badan Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) Kaltim, menjelaskan seminar ini adalah lanjutan dari Forum Group Discussion (FGD) tentang hal yang sama beberapa waktu lalu. Bersama Asephi dan Ipprisia (Ikatan Pengembang Kepribadian Indonesia) Kaltim bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kaltim.
Seminar bertujuan untuk menyamakan persepsi dalam kerangka pelestarian, perlindungan, pemanfaatan dan pengembangan Baju Adat Kutai sebagai kekayaan budaya Indonesia untuk disebarluaskan ke Indonesia dan dunia.
Seminar mengetengahkan 7 baju adat Kutai, yang sudah dikenal masyarakat, yaitu Baju Cina, Baju Sakai, Baju Takwo, Baju Miskat, Baju Takwo Setempik, Baju Kustim dan Baju Antakusuma.(*)