Nisita.info — Sudah tradisi masyarakat jika menjelang perayaan hari besar keagamaan seperti perayaan Imlek maupun Hari Raya Idul Fitri, banyak keluarga menyiapkan amplop berisi uang Rupiah baru dengan berbagai pecahan.
Saat peresmian Semarak Rupiah Ramadhan dan Berkah Idul Fitri tahun 2024 yang mengambil tempat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, dijelaskan jika Bank Indonesia menyiapkan aplikasi untuk penukaran uang baru pecahan Rupiah.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim, Budi Widihartanto mengatakan, dengan aplikasi ini maka masyarakat tidak perlu lagi antre menukarkan uang pecahan baru menjelang Idul Fitri. Aplikasi pemesanan dapat dilakukan pada website BI melalui laman https://pintar.bi.go.id.
“Masyarakat tidak perlu antre saat penukaran uang Rupiah baru menjelang Idul Fitri, karena Bank Indonesia telah menyediakan aplikasi penukaran uang. Sehingga masyarakat dapat memesan melalui aplikasi dan akan ditentukan dimana kapan waktu pengambilannya. Sehingga, masyarakat tidak perlu lagi mengantre,” ucap Budi pada Senin (18/3/2024).
Dalam penukaran uang Rupiah ini BI Kaltim menyediakan 343 titik penukaran uang di seluruh Kaltim yang tersebar di 10 kabupaten/kota di Kaltim.
Serambi 2024 dilakukan sejak Senin, 18 Maret 2024 hingga 5 April 2024. BI Kaltim bersama kantor perbankan juga melakukan kas keliling bersama dalam menyediakan kas keliling, diantaranya di Museum Samarinda, halaman kantor DPRD Samarinda dan kas keliling lainnya di Samarinda Square.
Adapun waktu penukaran sejak tanggal 10 Maret hingga 5 April sejak pukul 10 hingga 12 siang. Sementara untuk penukaran uang di sekitar pusat perbelanjaan Samarinda Square berlangsung pada 1-5 April dari jam 10 hingga 15.00 Wita.
Budi mengatakan penukaran uang baru ini sebagai upaya meminimalisir loket-loket penukaran uang di pinggir. BI Kaltim, ujarnya telah bekerjasama dengan berbagai pihak untuk melarang penukaran uang yang tidak resmi. Ini dilakukan tidak saja untuk menjamin keaslian uang namun dapat menghindari biaya penukaran yang ditetapkan oleh penyedia.
“Kadang-kadang masyarakat kan mencari kemudahannya walaupun berbayar. Tidak apa-apalah saya berbayar tetapi saya dapat uang pecahannya, kan begitu pikir masyarakat. Hal ini yang tidak kita inginkan karena ada biaya yang dibebankan kepada masyarakat,” tegas Budi.(yul)